Strategi Pembelajaran di Kelas Inklusi

(Image by Freepik)

ABK adalah anak-anak yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan dan hambatan secara bermakna (significantly) dari kriteria normal dalam karakteristik: mental/intelektual (yang gifted maupun yang retarded), sensorik, neuromotor/fisik, perilaku sosial, kemampuan berkomunikasi/kesulitan belajar, berpenyakit kronis, atau gabungan dari dua atau lebih karakteristik tersebut; dan karena gangguan dan hambatan tersebut diperlukan modifikasi layanan pendidikan yang disebut pendidikan khusus (special education) (Permendiknas no 70, 2009).

Dengan keunikan dan keberagaman ABK tidak menghalangi mereka untuk mendapat akses pendidikan yang bermutu. Hal tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan inklusi dengan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah yang memahami dan memiliki ketrampilan dalam pendidikan inklusi serta berkomitmen dalam memberikan pelayanan pendidikan bermutu bagi ABK.Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sehingga strategi pembelajaran mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan.

Komponen dari strategi pembelajaran itu sendiri antara lain tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber pelajaran dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerjasama. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja, tetapi harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.

Pengertian Strategi Pendidikan Inklusi

Strategi pendidikan inklusif adalah cara penempatan anak luar biasa tingkat ringan, sedang, berat secara penuh di kelas biasa sehinga anak ABK harus belajar di kelas yang sama dengan teman sebayanya (Sunardi:2002). Inti pendidikan inklusif adalah Hak Azasi Manusia 1949 atas pendidikan diumumkan pada Dekarasi Hak Azasi Manusia dimuat dalam artikel 2 Konvensi hak anak (PBB, 1989) isinya adalah bahwa semua anak mempunyai hak untuk menerima etnis, agama, bahasa, jenis kelamin, kemampuan dan lain-lain. Sedangkan terdapat juga alasan penting kemanusiaan, ekonomi, sosial, dan alasan politik memperjuangkan suatu kebijakan dan pendekatan pendidikan inklusif.

Strategi Pembelajaran dalam Setting Kelas Inklusif

(Image by Freepik)

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah mereka yang mempunyai kebutuhan, baik permanen maupun sementara, yang disebabkan oleh kondisi sosial-emosi, dan/atau, kondisi ekonomi dan/atau, kondisi politik dan/atau, kelainan bawaan maupun yang didapat kemudian. Dengan kata lain, kita tidak hanya membicarakan kelompok minoritas yang disebabkan oleh kelainan saja, tetapi mencakup sejumlah besar anak yang sekolah. Oleh karenanya, sekolah hendaknya mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, ataupun kondisi-kondisi lainnya. Sekolah harus mencari cara agar berhasil mendidik semua anak, termasuk mereka yang berkebutuhan pendidikan khusus. Mengubah sekolah atau kelas tradisional menjadi inklusif, ramah terhadap pembelajaran merupakan suatu proses dan bukan suatu kejadian tiba-tiba. Proses ini tidak akan terjadi dalam sehari, karena memerlukan waktu dan kerja kelompok.

Pendidikan inklusi adalah penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi sosial, dan konsep diri (visi-misi) sekolah. Pada sekolah inklusif, setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai sistem penilaiannya (Anggraini, R.L, 2014).

Mendiknas menjelaskan, untuk menangani pendidikan inklusif di Indonesia maka diperlukan strategi khusus. Dimana strategi pokok yang diterapkan pemerintah, diantaranya Pertama, peraturan perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap warga negara Indonesia untuk memperoleh pelayanan pendidikan. Kedua, memasukkan aspek fleksibilitas ke dalam sistem pendidikan pada jalur formal, non formal , dan informal.

Aspek-aspek penting dalam Pendidikan Inklusif

(Image by Freepik)

Selanjutnya aspek-aspek penting yang harus diperhatikan dalam menyelenggarakan sekolah yang inklusif adalah:

  1. Guru perlu mengetahui bagaimana cara mengajar anak dengan latar belakang dan kemampuan yang beragam. Peningkatan kemampuan ini dapat kita lakukan dengan berbagai cara, seperti: pelatihan, tukar pengalaman, lokakarya, membaca buku, dan mengeksplorasi/menggali sumber lain, kemudian mempraktekkannya di dalam kelas.
  2. Semua anak memiliki hak untuk belajar, tanpa memandang perbedaan fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa atau kondisi lainnya, seperti yang ditetapkan dalam Konvensi Hak Anak yang telah ditandatangani semua pemerintah di dunia.
  3. Guru menghargai semua anak di kelas, guru berdialog dengan siswanya; guru mendorong terjadinya interaksi di antara anak-anak; guru mengupayakan agar sekolah menjadi menyenangkan; guru mempertimbangkan keragaman di kelasnya; guru menyiapkan tugas yang disesuaikan untuk anak; guru mendorong terjadinya pembelajaran aktif untuk semua anak.
  4. Dalam lingkungan pembelajaran yang inklusif, setiap orang berbagi visi yang sama tentang bagaimana anak harus belajar, bekerja dan bermain bersama. Mereka yakin, bahwa pendidikan hendaknya inklusif, adil dan tidak diskriminatif, sensitif terhadap semua budaya, serta relevan dengan kehidupan sehari-hari anak.
  5. Lingkungan pembelajaran yang inklusif mengajarkan kecakapan hidup dan gaya hidup sehat, agar peserta didik dapat menggunakan informasi yang diperoleh untuk melindungi diri dari penyakit dan bahaya. Selain itu, tidak ada kekerasan terhadap anak, pemukulan atau hukuman fisik.

Manfaat lingkungan pembelajaran yang inklusif

(Image by Freepik)

Menurut laporan UNESCO tahun 2003, ketika Pendidikan Inklusif diterapkan, penelitian terkini menunjukkan adanya peningkatan prestasi dan kemajuan pada semua anak. Di banyak daerah di dunia dilaporkan, bahwa diperoleh manfaat pribadi, sosial, dan ekonomi dengan mendidik anak-anak usia sekolah dasar yang memiliki kebutuhan khusus di sekolah umum. Kebanyakan siswa dengan kebutuhan khusus ini berhasil diakomodasi dengan lebih menyenangkan melalui cara yang ramah dan menghargai keragaman ini.

Adapun manfaat lingkungan pembelajaran yang inklusif adalah sebagai berikut:

  • Manfaat bagi anak

Manfaat bagi anak diantaranya adalah kepercayaan dirinya berkembang; bangga pada diri sendiri atas prestasi yang diperolehnya; belajar secara mandiri; mencoba memahami dan mengaplikasikan pelajaran di sekolah dalam kehidupan sehari-hari; berinteraksi secara aktif bersama teman dan guru; belajar menerima perbedaan dan beradaptasi terhadap perbedaan; dan anak menjadi lebih kreatif dalam pembelajaran.

  • Manfaat bagi guru

Manfaat bagi guru diantaranya adalah mendapat kesempatan belajar cara mengajar yang baru dalam melakukukan pembelajaran bagi peserta didik yang memiliki latar belakang dan kondisi yang beragam; mampu mengatasi tantangan; mampu mengembangkan sikap yang positif terhadap anggota masyarakat, anak dan situasi yang beragam; memiliki peluang untuk menggali gagasan-gagasan baru melalui komunikasi dengan orang lain di dalam dan di luar sekolah; mampu mengaplikasikan gagasan baru dan mendorong peserta didik lebih proaktif, kreatif, dan kritis; memiliki keterbukaan terhadap masukan dari orangtua dan anak untuk memperoleh hasil yang positif.

  • Manfaat bagi orangtua

Manfaat bagi orang tua antara lain: orangtua dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana anaknya dididik; mereka secara pribadi terlibat dan merasa lebih penting untuk membantu anak belajar. Ketika guru bertanya pendapat mereka tentang anak; orangtua merasa dihargai dan menganggap dirinya sebagai mitra setara dalam memberikan kesempatan belajar yang berkualitas untuk anak; orangtua juga dapat belajar bagaimana cara membimbing anaknya di rumah dengan lebih baik, yaitu dengan menerapkan teknik yang digunakan guru di sekolah.

  • Manfaat bagi masyarakat

Manfaat antara lain: masyarakat lebih merasa bangga ketika lebih banyak anak bersekolah dan mengikuti pembelajaran; masyarakat menemukan lebih banyak “calon pemimpin masa depan” yang disiapkan untuk berpartisipasi aktif di masyarakat. Masyarakat melihat bahwa potensi masalah sosial, seperti: kenakalan dan masalah remaja bisa dikurangi; dan masyarakat menjadi lebih terlibat di sekolah dalam rangkah menciptakan hubungan yang lebih baik antara sekolah dan masyarakat.

Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi

(Image by Freepik)

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, antara lain :

1. Penuhi prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusi

a. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu : metodologi pembelajaran bervariasi yang bisa memberikan akses bagi semua anak dan mengahargai perbedaan.

b. Prinsip kebutuhan individual : setiap anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda karena iru pendidikan harus diusahakan unutk menyesuaikan dengan kondisi anak.

c. Prinsip Kebermaknaan : pendidikan inklusi harus menerapkan dan menjaga komunitas kelas yang ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan.

d. Prinsip Keberlanjuatan : pendidikan inklusi dieslenggarakan secara berkelanjutan pada semua jenjang pendidikan.

e. Prinsip keterlibatan : penyelenggaraan pendidikan inklusi harus melibatkan semua komponen pendidikan terkait.

2. Kurikulum dikembangkan menjadi beberapa model kurikulum

a. Duplikasi : mengembangkan atau memberlakukan kurikulum untuk siswa berkebutuhan khusus secara sama atau serupa dengan kurikulum yng digunakan siswa pada umumnya.

b. Modifikasi : cara pengembangan kurikulum dengan memodifikasi kurikulum umum yang diberlakukan untuk siswa-siswa reguler dirubah untuk disesuaikan dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus.

c. Subsitusi : mengganti sesuatu yang ada dalam kurikulum umum dengan sesuatu yang lain, karena hal tersebut tidak mungkin diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus.

d. Omisi : upaya untuk menghilangkan sesuatu (sebagian atau keseluruhan) dari kurikulum umum karena hal tersebut tidak mungkin diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus.

3. Pilih Model Pembelajaran Inklusi

a. Kelas reguler : anak berhambatan belajar bersama anak reguler sepanjang hari dengan menggunakan kurikulum yang sama.

b. Bentuk kelas reguler dengan cluster : anak berhambatan belajar bersama anak lain dalam kelas reguler dalam kelompok khusus.

c. Bentuk kelas reguler dengan pull out : anak berhambatan belajar bersama anak lain di kelas reguler, namun dalam waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.

d. Bentuk kelas reguler dengan cluster dan pull out : anak berhambatan belajar bersama anak lain di kelas reguler dalam kelompok khusus, namun dalam waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.

e. Bentuk kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian : anak berhambatan belajar di kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain di kelas reguler.

f. Bentuk kelas khusus penuh di sekolah reguler : anak berhambatan belajar di kelas khusus pada sekolah reguler (Anggraini, R.L, 2014)

Selain memperhatikan prinsip-prinsip, kurikulum dan model pembelajaran inklusi dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, proses pembelajaran dalam setting inklusi selalu berupaya melakukan beberapa langkah, seperti :

a. Merancang proses pembelajaran, dengan menyusun Program Pembelajaran Individual (PPI), dengan melibatkan Kepala Sekolah, Koordinator PPABK, guru kelas, guru pembimbing khusus, tenaga ahli, dan orang tua peserta didik sesuai dengan kebutuhan anak dan memperhatikan aspek akademik dan aspek non akademik.

b. Mengatur proses belajar yang memperhatikan metode dan teknik guru dalam mengajar, dan memperhatikan moda belajar anak

c. Guru menyiapkan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan memudahkan anak memahami konsep pembelajaran

d. Materi pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan untuk anak

e. Dalam penyampaian materi ajar, guru menggunakan bahasa yang dikenal dan dikuasai anak, agar materi yang disampaikan dapat dimengerti anak.

f. Setiap proses pembelajaran perlu dievaluasi untuk menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar dengan menetapkan sistem penilaian yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak.

4. Penilaian Hasil Belajar ABK      

Untuk menilai hasil belajar ABK tentunya tidak hanya didasarkan pada hasil UASBN, tetapi juga mempertimbangkan dari hasil penilaian berkelanjutan. Penilaian berkelanjutan dilakukan untuk mengamati secara terus menerus tentang sesuatu yang diketahui, dipahami, dan yang dapat dikerjakan oleh siswa. Penilaian ini dapat dilakukan beberapa kali dalam setahun, misalnya: awal, pertengahan, dan akhir tahun melalui: obserasi; portofolio; bentuk ceklis (keterampilan, pengetahuan, dan perilaku); tes, kuis; dan penilaian diri serta jurnal reflektif. Dengan menggunakan penilaian yang berkelanjutan, guru dapat mengadaptasi perencanaan dan pengajarannya sesuai fase perkembangan belajar siswa, sehingga semua siswa akan mendapatkan peluang untuk belajar dan sukses.

tentunya selain dengan mengadopsi Strategi Pembelajaran dalam Setting Kelas Inklusif seperti diatas agar siswa tetap bisa belajar dengan nyaman dan terhindar dari tindakan diskriminasi kita dapat belajar lebih lanjut dengan mengikuti training dengan tema Desain dan Pengelolaan di kelas Inklusi yang akan kami selenggarakan pada hari Minggu, 20 Agustus 2023

Yuk ikuti & Bergabung pada pelatihan Desain & Pengelolaan Di Kelas Inklusi dengan klik link dibawah ini :

—– KLIK DISINI UNTUK MENDAPATKAN PELATIHAN PENTINGNYA DESAIN DAN PENGELOLAAN DI KELAS INKLUSI —–

Oleh : Basilia S.W

Daftar Pustaka :

Kementrian Pendidikan Nasional. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional no 70 tahun 2009. 2009.

Anggraini, R.L. Proses Pembelajaran Inklusi untuk Anak Bekebutuhan Khusus kelas V SD Negeri Giwangan, Yogyakarta. 2014. Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Yasmina Foundation. Pedoman Mutu. 2018. Bogor.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *